Monday, July 9, 2012

ARSITEK BERMODAL IMAJINER

Posted by gadisgerimis.blogspot.com at 7:55 AM 0 comments

Bismillahirrahmanirrahim
            Netbook tua ini seperti memberikan senyum terindah sewaktu aku mulai memberanikan diri menyalakannya dari kegelapan berminggu-minggu ini. (dibuat lebay dengan unsur kesengajaan). Bukannya sombong atau pun ingin melupakannya. Sama sekali bukan itu alasannya. Libur memang membuat neuron-neuron kemalasanku merangsang pesat untuk sekadar menuliskan-mengetik lebih tepatnya- kegiatan sehari-hari. Aku lebih tertarik menekuni dunia baruku. Arsitek modal imajiner. Ya. Setelah menjalani perkuliahan di kabupaten tetangga jauh itu aku agak risih melihat gubuk paling istanaku ini.
            Jarang pulang kampung dan terbatasnya waktu yang selama ini kuhadapi akhirnya bisa terbayar walaupun gak tunai. Aku mengredit desain interior terbaruku itu day by day. Masih ada beberapa sudut rumah yang masih kusimpan rancangan barunya di benakku. Mudah-mudahan pas pulang lagi ke gubuk singgah alias kostanku ada suasana baru di gubuk paling istanaku itu. Kalo lagi beresen rumah itu Cuma satu keherananku. Rumahku banyak sekali menimbun kertas. Kalo orang lain pada tak kuasa menahan rayuan debu kalo lagi beres-beres nah kalo di gubuk paling istanaku kertas-kertas yang merayu-rayu ingin kuenyahkan dengan segera. Sadis banget bahasaku. Tapi jujur emang aku paling sebel liat tumpukan kertas yang sengaja disimpan oleh Ayah sehabis beliau mencetaknya.
            Secara, Ayahku paling rajin itu selain kutu buku beliau juga senang banget merangkai materi pengajiannya dengan paduan katanya sendiri. Tapi kalo udah urusan mencetaknya pada lembar-lembar yang konon harus dihemat sedemikian rupa dalam rangka mendukung upaya stop global warming campaign itu Ayahku paling rempong diomelin. Aku yang sebenarnya lumayan tidak terlalu pendiam ini sudah bosan rasanya mengingatkan beliau betapa berharganya selembar kertas. Tapi ya begitulah Ayah kadang bener-bener bisa membuatku tercengang dengan tindak-tanduknya yang amazing tapi tiba-tiba menjadi sosok paling menyebalkan in other hand.
            Back to topic, walaupun belum sempat membidik foto-foto before-after tapi ya lumayanlah sekedar berbagi desain dari arsitek bermodal imajiner. Emang kurang kerasa kalo gak ada beforenya. Tapi, sudahlah, ini juga lumayan. Itung-itung belajar mengolah si Sony DSC-W630 yang belum genap sepurnama. Danke to Allah yang mencoret satu asa yang tertulis dan mendeklarasikan bahwa satu impian telah tercapai. Segini dulu kali yaa. Mungkin, next aku bakal ceritain tentang ketersipuanku pada ilmu Ayah. Coming soon.
Alhamdulillahirabbil’alamin.
18:05(06Juli2012)
-gubuk paling istana-
untuk nama yang membuatku 'ada', i love you :*

Bismillahirrahmanirrahim
            Netbook tua ini seperti memberikan senyum terindah sewaktu aku mulai memberanikan diri menyalakannya dari kegelapan berminggu-minggu ini. (dibuat lebay dengan unsur kesengajaan). Bukannya sombong atau pun ingin melupakannya. Sama sekali bukan itu alasannya. Libur memang membuat neuron-neuron kemalasanku merangsang pesat untuk sekadar menuliskan-mengetik lebih tepatnya- kegiatan sehari-hari. Aku lebih tertarik menekuni dunia baruku. Arsitek modal imajiner. Ya. Setelah menjalani perkuliahan di kabupaten tetangga jauh itu aku agak risih melihat gubuk paling istanaku ini.
            Jarang pulang kampung dan terbatasnya waktu yang selama ini kuhadapi akhirnya bisa terbayar walaupun gak tunai. Aku mengredit desain interior terbaruku itu day by day. Masih ada beberapa sudut rumah yang masih kusimpan rancangan barunya di benakku. Mudah-mudahan pas pulang lagi ke gubuk singgah alias kostanku ada suasana baru di gubuk paling istanaku itu. Kalo lagi beresen rumah itu Cuma satu keherananku. Rumahku banyak sekali menimbun kertas. Kalo orang lain pada tak kuasa menahan rayuan debu kalo lagi beres-beres nah kalo di gubuk paling istanaku kertas-kertas yang merayu-rayu ingin kuenyahkan dengan segera. Sadis banget bahasaku. Tapi jujur emang aku paling sebel liat tumpukan kertas yang sengaja disimpan oleh Ayah sehabis beliau mencetaknya.
            Secara, Ayahku paling rajin itu selain kutu buku beliau juga senang banget merangkai materi pengajiannya dengan paduan katanya sendiri. Tapi kalo udah urusan mencetaknya pada lembar-lembar yang konon harus dihemat sedemikian rupa dalam rangka mendukung upaya stop global warming campaign itu Ayahku paling rempong diomelin. Aku yang sebenarnya lumayan tidak terlalu pendiam ini sudah bosan rasanya mengingatkan beliau betapa berharganya selembar kertas. Tapi ya begitulah Ayah kadang bener-bener bisa membuatku tercengang dengan tindak-tanduknya yang amazing tapi tiba-tiba menjadi sosok paling menyebalkan in other hand.
            Back to topic, walaupun belum sempat membidik foto-foto before-after tapi ya lumayanlah sekedar berbagi desain dari arsitek bermodal imajiner. Emang kurang kerasa kalo gak ada beforenya. Tapi, sudahlah, ini juga lumayan. Itung-itung belajar mengolah si Sony DSC-W630 yang belum genap sepurnama. Danke to Allah yang mencoret satu asa yang tertulis dan mendeklarasikan bahwa satu impian telah tercapai. Segini dulu kali yaa. Mungkin, next aku bakal ceritain tentang ketersipuanku pada ilmu Ayah. Coming soon.
Alhamdulillahirabbil’alamin.
18:05(06Juli2012)
-gubuk paling istana-
untuk nama yang membuatku 'ada', i love you :*
 

Gerimis itu... Copyright © 2009 Paper Girl is Designed by Ipietoon Sponsored by Online Business Journal